Rabu, 21 Desember 2011

Malaikat Maut Mengintai

BISMILLAHIROHMAANIRROHIM......

Kemarin siang kira-kira sehabis dhuhur di cuaca yang sedikit basah karena malamnya habis turun hujan, bau yang kurang sedap menyeruak di sudut dapur rumah kami, entah bau apa itu. Ibu sudah memencari asal bau tapi tidak ketemu. aku pikir mungkin plastik berisi  sampah yang lupa disingkirkan keluar ruangan. Ternyata tidak. Sampah tadi sudah disingkirkan ke luar  di dekat tempat sampah oleh ibu.  Atau mungkin bekas sampah yang terbungkus  plastki itu masih tercecerdi lantai. Tapi ternyata juga hal itu tidak terbukt karena lantainya terlihat bersihi. Rasa penasaran masih menggelayuti pikiranku dan ibuku, yang beberapa hari ini  hanya tinggal kami berdua yang ada di rumah. Ibu menggeser lemari kaca kecil di sudut dapur yang biasa digunakan untuk menyimpan bumbu-bumbu dapur dan sembako, Berharap sumber bau tersebut bisa ditemukan di bawah lemari kaca kecil tersebut. Tapi ternyata juga tidak ditemukan asal-muasal bau.

Baunya langu bercampur seperti bangkai tikus baru. Bisa dibayangkan baunya sangat membuat tidak nyaman. Karena sudah kecapean seharian mondar-mandir dengan motor ke kantor pajak dan menyervis motor, akhirnya aku jadi agak masa bodoh dengena bau tersebut, begitu juga ibu. Kami pikir, kalau baunya makin tajam nanti juga asal bau akan ketahuan, apalagi kalau sumber bau tersebut dari bangkai tikus, bikin malas untuk mencari tahunya.
Kalaupun asal bau itu adalah  bangkai tikus, berarti  itu adalah hasil perbuatan salah satu dari 2 kucingku yang ganteng-ganteng.

Bau tersebut berlanjut sampai waktu magrib, tapi baunya hanya berputar di sekitar pojok dapur tepatnya di daerah lemari kaca kecil  dan kompor gas yang terletak berdampingan.

Sehabis sholat magrib, aku dan ibu berdua jalan kaki ke rumah kakak perempuan ku untuk merayakan syukuran ulang tahun keponakan kami yang berusia 7 tahun karena jarak yang lumayan dekat dengan rumah kami. Sampai jam 9:30 malam kami meninggalkan rumah dalam keadaan kosong, hanya kucingku kubiarkan di dalam rumah sendirian karena kalau dia main ke luar sebentar saja, bisa-bisa dia ngeluyur sampai esok hari petang tidak pulang-pulang. Maklumlah sepertinya musim kucing pacaran sedang melanda ibu pertiwi.

Sekembalinya di rumah, bau langu campur busuk tersebut masih  berseliweran, bahkan baunya kok tercium makin kuat, sampai memasuki kamar tidur ibu. Aku pun harus menutup hidung setiap kali harus kalar-kilir ke dapur. Pintu kamar ditutup rapat supaya baunya tidak semakin liar memasuki ruang kamar yang terletak agak dekat dengan dapur.

Setelah sholat subuh, aku ke dapur untuk mengambil air minum, terdengar seperti sebuah suara mendesis. Ku cari asal suara itu ke seantero dapur. Desisan itu seperti suara angin yang keluar dari ban sepeda yang bocor.
Mataku terbelalak dengan apa yang sedang kutemukan saat itu. Ternyata asal  desis suara tersebut berasal dari kompor gas yang terletak berdampingan dengan  lemari kaca kecil. Kompor itu gas nya terbuka. Entah dari kapan kompor gas tersebut menyala tanpa ada apinya. Cepat-cepat  ku matikan kompor tersebut. Aku langsung panik memanggil ibuku yang sedang mengaji di ruang tengah. Lalu dengan inisiatifku sendiri aku  segera memanggil tetangga yang berjualan tabung gas dan ia biasa memasangnya untuk meminta ia memeriksa kelayakan tabung gas tersebut. Tapi katanya bau tersebut bukan berasal dari gas yang keluar dari kompor.

Hingga lewat pukul 8 pagi, sampai ku tulis note ini, bau tersebut sudah tidak kami jumpai di sekitar dapur dan lemari lagi. Jadi Mungkinkah dari kemarin siang sampai subuh asal misteri bau langu tersebut berasal dari kompor gas yang terbuka?
Wallahu'a lam Bisshowab.....

Alhamdulillahirobbil'alamin
ASTAGHFURULLAH....
ASTAGHFIRULLAH....

YA GHOFUUR..
                         (Yg Maha Pengampun)
YA KHOBIIR...
                         (yg Maha Waspada)
YA WALIYY....
                         (Yg Maha Melindungi)
YA MAANI'...
                         (Yg Maha Mencegah)

Selasa, 22 Februari 2011

Anakku Sudah Pintar Naik Motor Lho

kira-kira 3 atau 4 bulan yang lalu saya dan teman-teman satu kerja diundang oleh salah seorang teman ke acara akikah anaknya. Perjalanan  lancar dari tempat kerja ke rumahnya memakan waktu hampir 3 jam dengan mobil pribadi milik teman. Walau perjalanan yang kami tempuh cukup jauh dan empet-empetan,  tapi karena selama banyak diisi dengan senda gurau maka 3 jam perjalanan itupun menjadi tidak terasa melelahkan. Ditambah lagi, sepanjang perjalanan, mata kami dimanjakan oleh pemandangan alam yang indah dari sisi kiri dan kanan jalan.

Jalanan kala itu tidak terlalu dipadati kendaraan-kendaraan lain. Hanya ada beberapa truk besar sarat muatan di depan mobil yang kami tumpangi. Susasana begitu menyenagkan layaknya seperti sebuah perjalanan menuju daerah puncak. Namun tiba-tiba laju mobil yang kami tumpangi menjadi lambat. Di depan mobil itu ada kerumunan yang menjadi penyebab lambatnya laju mobil. Rasa penasaran menyeruak ke seluruh penumpang mobil, " ada apakah gerangan di depan sana?".

Tak disangka-sangka dari arah depan mobil kami, beberapa laki-laki ( 4 atau 6 orang) tampak menggotong seorang ibu berkisar usia 50-an dan melintas tepat di samping mobil kami. Entah akan ke mana mereka gotong ibu-ibu tersebut. Jelas sekali kami semua dapat melihat kondisi tersebut dari dalam mobil kami karena orang-orang tadi melewati samping mobil kami. Tapi yang paling mengagetkan adalah ibu tadi digotong dengan kondisi darah segar mengalir dari mulutnya. Bahkan saya sempat melihat ceceran darah di jalan bekas dilaluinya. Mobil kami terus melaju dengan lambat. Tak jauh dari situ kira-kira 3-5 meter melaju, Krumunan terlihat di sebuah warung. Tampak 3 orang remaja berseragam SMA duduk jongkok di depan pintu warung. Wajah mereka tampak ketakutan dan ekspresi menagis tertangkap dari raut wajah mereka. Kala itu saya dengan jiwa bakat detektif yang terpendam berspekulasi bahwa  telah terjadi kecelakan sehingga menyebabkan seorang wanita tua menjadi korban. Dan 3 orang bocah SMA tersebut adalah pelakunya!. Saat kejadiana adalah  bertepatan dengan jam pulang sekolah.

Sesampainya di rumah teman kami, kami menceritakan kejadian tersebut kepada sang empunya rumah. Setelah setelai berkunjung, kami i melajutkan perjalanan panjang itu dengan menempuh rute perjalanan yang sama. Kami melewati tempat tadi. Alangkah kagetnya kami karena  di pinggir jalan  tersebut sudah dipasangi bendera kuning yang tiangnya diikat di kursi-kursi. Berarti Ibu yang kami lihat tadi sudah meninggal. Berarti saat kami melihat ibu tersebut, kami sedang melihat sakaratul maut di depan mata kepala kami. Sebuah cara yang tragis. Innalillahi wa inna'ilaihi roji'un.

Keesokan harinya, salah satu teman saya yang tinggal di dekat wilayah tersebut bercerita menurut versi kejadian bahwa sebuah mobil melaju lambat karena ada seorang ibu-ibu yang hendak menyebrang ke warung. Malangnya, Dari belakang mobil tersebut sebuah motor yang tak lain lagi dikendarai oleh remaja SMA yang berboncengan menabrak ibu tersebut. Mungkin awalnya remaja tersebut ingin menyalip mobil di depannya yang melaju lambat.

Siapa sangka bahwa ibu tersebut mungkin  hanya ingin membeli sebungkus teh ke warung seberang, atau hanya ingin membeli sekaleng susu untuk cucunya di rumah namun ternyata ia tidak akan pernah kembali selama-lamanya?

Bagaimana nasib ketiga remaja tersebut?. Pasti, Pasti peristiwa merenggutnya nyawa seorang ibu ditangan mereka menjadi dosa dan sesal SEUMUR HIDUP buat ketiga remaja tersebut.


Sering saya mendengar tetanggga, dan mereka kebanyakan ibu-ibu, walau ada juga yang bapak-bapak berkata " Eh si Anton mah udah bisa naik motor lancar, dari SMP. Si embaknya Ria itu juga udah berani kok naik motor"  dengan bangganya. Dan saya sendiri tau kalau anak tetangga saya itu pulang-pergi ke sekolah selalu naik motor. Dulu saya baru bisa atau baru berani naik  motor ketika sudah kuliah, itupun tingkat akhir penyusunan skripsi. alasan bisa naik motor juga karena nekat  mau mengungsi pasca gempa bumi di Jogjakarta.

Dari artikel yang pernah saya baca menyebutkan bahwa  siswa SD dan SMP yang berusia di bawah 16 tahun. Emosi masih labil. Mudah goyah oleh ajakan yang kadang menjerumuskan. Secara teori, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian. Masa seperti ini terkenal dengan masa mencoba-coba. Apa jadinya jika yang dicoba adalah sepeda motor di jalan raya. Bahkan tidak jarag bocah SD menyetir motor dengan kecepatan kira-kira 60 Km/ jam di jalanan yang ramai kendaraan. Apalagi kondisi emosi ABG yang masih labil tersebut lebih mudah untuk diprovokasii oleh teman-temannya, " cemen kalau cuma bisa 40 km/ jam". Rasa ingin membalap (menyalip-red) motor di depannya pun mungkin sering terlintas.

Saya jadi berpikir pernahkan para orang tua yang memberikan motor kepada anak ABG mereka merasakan konsekuensi tersebut?.  Tidak sedikit orang tua memanjakan anak mereka secara berlebihan. Kalau anak sudah merengek-rengeng minta dibelikan motor, maka saking sayangnya para orang tua,  tak lama kemudian dikabulkan. Konsekuensipun dikesampingkan. Meski dengan alasan si  anak:  ' cuma mau ke warnet depan kok, yah',  'cuma mau ke rumah teman kok' ' cuma'...'cuma' dan  sebuah kata ajaib  'cuma' yang berakhir dengan penyesalan seumur hidup anda.

Maaf bukan bermaksud menggurui, Hanya berbagi pemikiran saja. Correct Me If I'm Wrong.

Posisi Cenglu (bonceng telu=bonceng bertiga di istilah bahasa jawa Jogja)

anak yang ugal-ugalan