Rabu, 04 Desember 2013

Fly Me to The Moon by Balloon


       Semua orang pasti pernah melewati  kenangan masa kecil yang tak terlupakan, entah itu kenangan yang penuh dengan kebahagiaan atau kesedihan. Di masa kecil kita, berawal dari khayalan-khayalan yang berasal dari dongeng, filem, entah itu filem kartun maupun filem bergenre lain mampu memberikan inspirasi untuk melakukan sesuatu di masa depan. Maka itulah awal mula mimpi dan cita-cita terbentuk. Berawal dari panca indra yang terangsang kemudian memberi perintah otak untuk mengerjakan sesuai apa yang dirasakan.

       Ada seorang anak yang terkagum-kagum dengan  sang rembulan,  lalu bertanya ke sang bunda tentang hakikat bulan, " apa sih yang ada di bulan itu, bu?", "aku kepingin lho ke bulan nanti, ayo anterkan adek ke sana", setelah besar ia menempuh jurusan Geodesi, geologi dan geo-geo lainnya guna mencari tahu hakikat alam. Atau seorang anak setelah nonton tayangan video Michael Jackson dengan geraknya yang terkenal " Walking in the moon" (kalau saya ngga salah sebut. hehehheh), ia terobsesi dengan gaya michael Jackson, sehinggaketika dewasa ia memilih jalan hidupnya sebagai seorang penari profesional.

       Bagitupun dengan saya. Saya ingat sekali, ketika saya masih kecil (entah waktu itu saya berumur berapa) sedang asik menonton filem Barat. Sebenarnya Filem tersebut bergenre romantis, dan yang pasti waktu itu saya belum paham dengan maksud ceritanya. Karena filem itu filem Barat, otomatis berbahasa Inggris, dengan teks di layar kaca si mana saya belum bisa membaca, total membuat saya benar-benar tidak paham. Tapi saya tetap menikmati filem tersebut sepotong demi sepotong. Hal yang membuat saya pada waktu itu terlena menonton  filem tersebut adalah tqmpikqn fisik pelakonnya, yang pasti bukan orang Indonesia, rambutnya blonde, hidungnya mancung, bajunya unik seperti baju -baju mainan BP. Hal-hal baru tersebut membuat saya terheran dan nonton sampai habis. Saya yakin sekali bahwa filem tersebut filem yang dibuat pada era 70'an, sebab rambut actress terkesan sekali rambut era 70'an dengan gaya polesan make-up nya. Singkat cerita, akhirnya filem tersebut berakhir dengan bahagia alias Happy Ending dimana pelakon-pelakon filem akhirnya bersatu di suatu tempat, lalu entah kenapa mereka naik balon udara yang berwarna-warni di angkasa. Mungkin itu kali pertama saya melihat ada balon raksasa bisa terbang lewat layar televisi. Karena yang saya tahu bahwa balon itu berukuran kecil,  sebesar kepala manusia atau kelapa, dan tidak bisa menerbangkan manusia.
Ilustrasi balon udara jaman duku, bukan filem yang saya tonton sebenarnya

         Berawal dari keterpukauan akan balon terbang raksasa itu membuat saya ingin naik balon terbang pada waktu itu, hanya menjadi sebuah angan-angan seorang bocah belum sekolah. Tahun berganti tahun, masa berganti masa. setelah belasan bahkan puluhan tahun mimpi naik balon terbang pun sirna, mungkin terlupakan. Setelah saya pulang dari study di Jepang, saya dengar kabar dari teman bahwa di Jepang bisa dapat pengalaman naik balon terbang. Weits!!!!! mengapa waktu masih di Jepang nggak ada yang mengabari tentang itu??? , saya jadi kepikiran, bahkan agak menyesal. Alhamdulillah pada kesempatan kedua menginjakkan kaki di tanah matahari terbit ini, saya benar-benar mencari informasi tentang balon terberbang. Moto saya, apapun rintangannya, berapapun jauh tempatnya, berapapun harganya, saya harus naik balon terbang.

      Meskipun bukan merupakan cita-cita yang besar, Alhamdulillah, doa-doa saya terjawab setelah usaha. salah satu teman Jepang mengajak saya ke lokasi tersebut, yang Alhamdulillahnya lagi tidak terlalu jauh dari kota saya tinggal. Saya hampir saja menyerah karena lokasi dilaksanakannya event balon terbang itu ada di ujung berung dari tempat saya tinggal. Dengan bermodal tekat dan  nekat hanya membawa uang seadanya, saya dan teman-teman, semua berjumlah 5 orang menyewa mobil menuju ke kota Ichinoseki, Provinsi Iwate dengan jarak tempuh tiga jam perjalanan. Untuk menekan anggaran, kami memesan satu kamar saja untuk 5 orang di hotel bertarif lumayan murah, dengan fasilitas kolam mandi air hangat umum yang disebut sentou .

         Tiba di hotel tengah malam, chek out pada pagi buta. Jadi kami memang cuma numpang mandi dan numpang tidur tanpa servis sarapan. Alhamdulillah nyenyak. Setelah Chek out di pagi yang dingin, kami segera menuju ke lokasi balon terbang, meski mampir 10
menit di convinience store untuk membeli sarapan.
       
          Akhirnya waktu yang ditunggu tiba. sebuah penantian panjang seumur hidup akan segera terwujud dalam beberapa menit ke depan, begitu pikir saya. dari dalam mobil menuju beberapa kilo dari lokasi, beberapa balon-balon udara sudah melambai-lambai dari kejauhan, kamera
- ponsel kami dengan tidak sabar mulai  dengan ganas beraksi mengambil gambar-gambar balon udara dari dalam mobil. Sampai akhirnya kami sampai juga di lokasi balon udara tersebut, lapangan Ichinoseki





Tampak dari dalam mobil




Add caption


          Animo pengunjung ternyata cukup besar, antrean panjang sudah mulai tampak dari kejauhan lolasi parkir mobil. Kami pun ikut antre, sementara balon-balon terbang sudah mulai berhamburan di angkasa lapangan tempat kami berdiri. Sambil antre, tak perduli dinginnya udara pagi desa Ichinoseki,  saya sudah mulai membayangkan balon udara warna apa yang nantu saya naiki. Rasa takjub, semangat, tidak percaya memenuhi pikiran. Saya tidak perduli berapa harga tiket naik balon, toh ternyata tiketnya cuma 1000 yen untuk orang dewasa, dikonversikan ke rupiah sekitar 100 ribu. 1000 yen sangatlah murah, masak senilai bahkan lebih murah daripada pergi ke karaoke atau senilai dengan sepiring besar sepagetti. Wahhhh saya mulai curiga. Bukannya merasa senang kenapa bisa bertarif semurah itu.

        1 balon udara bisa diisi oleh 5 orang ditambah beberapa kru balon. Akhirnya tarif 1000 yen terbongkar juga kebusukannya. Ternyata  balon udara itu tidak sepenuhnya benar-benar terbang ke udara. Balon udara tersebut diiikat di masing-masing sisi dengan tambang raksasa dan di tahan di tanah lapangan, sehingga tempuh melayang di udara kira-kira hanya menjangkau 15 meter saja dari permukaan tanah. Oooooooohhhhhh, kembalikan 1000 yen ku!!!!!!!! Padahal bayangan awal saya, kami bisa ikut mengapung  sampai benar-benar di angkasa dengan beberapa ribu yen. Rasa kecewa pasti ada walaupun sedikit. Tapi ibarat nasi sudah menjadi bubur. Bubur nasi yang ada dinikmati saja menjadi bubur ayam lengkap dengan emping di atasnya. Hehehe. Kami berlima hanya bisa tertawa-tawa di antrean yang mengular. Yah, tidak apalah hanya terbang 15 meter, yang penting sudah bisa lihat dengan mata kepala sendiri, sudah bisa menjamah dengan kedua tangan. Setidaknya bisa jadi cerita untuk dibagi-bagi ke teman-teman, bisa dibanggakan ke sanak saudara kelak. Tanpa memperpanjang penderitaan dan rasa malu, lensa-lensa kamera kembali beraksi menggila.



Berada di dalam balon terbang, setengah tidak percaya karna cuma 5 meter

Mesin Balon udara panas





       Akhirnya mimpi masa kecil terkabul sudah. Beberapa jam kemudian hasil jepretan lensa mejeng di beberapa sosial media : Facebook, Twitter, Instagram dengan komentar yang ramai.   khususnya komentar dari teman-teman yang memiliki anak kecil. Ternyata memang balon udara itu menjadi favorit imajinasi anak-anak. Seandainya saya bisa kembali ke masa kecil saya dengan mesin waktu, saya ingin membisikan ke bocah kecil yaitu saya, bahwa mimpi nya di puluhan tahun ke depan akan terwujud.

Alhamdulillahi robbil alamiiin
.