Sekilas tentand Akita. Akita adalah prefektur atau Provinsi yang terletak di Jepang bagian Utara pulau Honshu, tepatnya di wilayah Tohoku ( wilaya di bawah pulau Hokkaido). Akita berbatasan dengan Prefektur Aomori, Iwate dan Yamagata. Oleh sebab itu, wilayah Tohoku, termasuk Akita dengan ibu kota Akita City merupakan wilayah yang memiliki iklim lebih dingin daripada wilaya-wilayah Jepang di bawahnya, meskipun tidah sedingin Hokkaido. Namun demikian, Akita dan wilayah Tohoku mengalami musim dingin yang lebih panjang dari musim lainnya. Kira-kira bila dihitung, Hawa dingin mulai menerpa Akita dimulai pada bulan November dan berakhir pada pertengahan April. Maka nyaris setengah tahun Akita dan wilayah Tohoku dilanda musim dingin!.
Peta Jepang, dan letak Akita |
Karena wilayah yang dingin ini, maka volume salju yang turun pun melimpah-ruah. Salju turun terparah di bulan Januari hingga Februari. Bayangkan seandainya Indonesia tiba-tiba mengalami musim salju, tentu akan menjadi pengalaman yang merepotkan, bukan pengalaman yang menyenangkan. Karena Ketika salju turun setiap hari dalam volume yang besar, kemudian lambat laun salju akan menimbun pemukiman, merusak hasil panen kebun, mengganggu transoprtasi.Maka tentu hal tersebut menjadi suatu musibah di indonesia. Namun tidak demikian dengan Jepang. Tahukah anda, di Akita ketika salju mulai menggila, Pemerintah daerah mulai dipusingkan oleh tumpukan salju yang menutupi jalan-jalan. Maka solusi masalh itu dengan mengerahkan tim khusus untuk mengangkut salju dari jalan-jalan utama ke daerah sedikit hunian. Lalu cara menyikirkannya? yaitu dengan menggaruk sarju di jalan-jalan utama dengan truk berbak besar. Hal yang menarik di sini adalah, wilayah kosong yang menjadi tempat pembuangan salju, lambat laun tampak seperti wilayah pegunungan buatan akibat timbunan salju yang menggunun.
Betapapun melelahkannya pengalihan salju tersebut, Pemerintah dan masyarakat Akita tidak serta-merta memandang salju sebagai musibah. Di sisi lain salju di pandang oleh Masyarakat Jepang, khususnya masyarakat Akita sebagai sebuah berkah. Mengapa demikian, sebab salju yang melimpah ternyata dapat menghasilkan kualitas air yang bagus, sehingga air yang bagus membuat tanah subur, kemudian tanah yang subur menghasilkan padi berkualitas bagus.
Salju selain menghasilkan padi yang enak, Pemerintah dan masyarakat menyikapi salju yang melimpah dengan memanfaatkannya menjadi sesuatu yang berguna. Sesuatu yang dibanggakan dari salju tersebut adalah Perayaan "Kamakura". Kabarnya Festival kamakura sudah ada sejak 400 tahun yang lalu. Kamakura sendiri adalah sebuah bentuk rumah yang meyerupai rumah suku Iglo Eskimo. Setiap musim dingin di bulan Febuari, Pemerintah kota Yokote di bawah kendali provinsi akita menyelenggarakan perayaan "Kamakura" dengan mengkreasikan berbagai bentuk yang terbuat dari salju. Seperti bentuk rumah Igloo yang pernah kita Pelajari pada pelajaran IPS sebagai tempat tinggal tradisional suku Eskimo. Ada pula bentuk-bentuk yang menyerupai tokoh-tokoh kartun Jepang, Doraemon, Tonarino Totoro, sampai pada bentuk patung manusia. Sungguh merupakan festival tahunan yang unik, tentunya bersaing dengan Festival salju (yuki Matsuri ) yang ada di Hokkaido, wilayah paling utara Jepang.
Boneka salju berbentuk tokoh Kartun "Tonari no Totoro"
Tembok salju yang dipahat berongga-rongga, dan diletakkan lilin, menambah temaram cahaya malam
Lampu berwarna biru terlihat cantik memukau ribuan pengunjung
Api dari lilin-lilin tersebut tidak padam terkena salju
Berpose di samping Love Candle
Lilin-lilin di letakkan di dalam salju sepanjang jalan
Bentuk menyerupai hati
Bentuk asli Kamakura
Amazake, minuman manis beraroma sari kedelai
Merasakan pengalaman di dalam Kamakura |
Pengunjung dipersilahkan mendapat pengalaman menikmati ruangan di dalam Kamakura yang ternyata hangat. Di dalam ruang kamakura biasanya anak-anak dan orang dewasa memanggang kue mochi dan menikmati minuman amazake. Tentunya pengalaman menikmati ruangan kamakura adalah gratis.
Setelah 2 atau 3 hari pelaksanaan Festival kamakura,Untuk menghindari kecelakan dan bahaya akibat runtuhan es kamakura, baik kamakura yang masih kokoh berdiri sampai kamakura yang tinggal sisa-sisa, seluruhnya harus dihancurkan dengan mobil-mobil penghancur es di bawah instruksi pemerintah.
Yang mengagetkan adalah biaya merobohkan 1 buah kamakura bisa bernilai 50 ribu yen atau setara dengan 5 juta Rupiah!!!!
Sisa-sisa runtuhan salju pun harus segera dibuang ke area pembuangan yang telah disiapkan. Akses untuk mencapai lokasi Kamakura adalah dengan menggunakan kereta listrik, dengan jarak tempuh 40 menit (sekitar 2000 yen tiket pulang-pergi). Meskipun jarak yang jauh, namun rasa lelah dan mahal terbayar dengan pemandangan unik menarik yang ada di kota Yokote. Terlebrih lagi, pergi untuk menikmati pemandangan buatan yang indah tersebut ternyata sama sekali tidak dikenakan biaya sepeserpun, kami hanya perlu merogoh kocek untuk transportasi kereta listrik menuju lokasi. Sesampainya di pintu keluar stasiun kereta Yokote, kami langsung disambut dengan minuman yang dibagikan secara gratis. Minuman itu bernama Amazake. Minuman tradisional Akita berorama manis dan in shaa Allah terbuat dari bahan yang halal. Padahal pengunjung yang datang selama 3 hari itu berjumlah ratusan, bahkan mungkin ribuan.
Setelah 2 atau 3 hari pelaksanaan Festival kamakura,Untuk menghindari kecelakan dan bahaya akibat runtuhan es kamakura, baik kamakura yang masih kokoh berdiri sampai kamakura yang tinggal sisa-sisa, seluruhnya harus dihancurkan dengan mobil-mobil penghancur es di bawah instruksi pemerintah.
Yang mengagetkan adalah biaya merobohkan 1 buah kamakura bisa bernilai 50 ribu yen atau setara dengan 5 juta Rupiah!!!!
Sisa-sisa runtuhan salju pun harus segera dibuang ke area pembuangan yang telah disiapkan. Akses untuk mencapai lokasi Kamakura adalah dengan menggunakan kereta listrik, dengan jarak tempuh 40 menit (sekitar 2000 yen tiket pulang-pergi). Meskipun jarak yang jauh, namun rasa lelah dan mahal terbayar dengan pemandangan unik menarik yang ada di kota Yokote. Terlebrih lagi, pergi untuk menikmati pemandangan buatan yang indah tersebut ternyata sama sekali tidak dikenakan biaya sepeserpun, kami hanya perlu merogoh kocek untuk transportasi kereta listrik menuju lokasi. Sesampainya di pintu keluar stasiun kereta Yokote, kami langsung disambut dengan minuman yang dibagikan secara gratis. Minuman itu bernama Amazake. Minuman tradisional Akita berorama manis dan in shaa Allah terbuat dari bahan yang halal. Padahal pengunjung yang datang selama 3 hari itu berjumlah ratusan, bahkan mungkin ribuan.
Ratusan kamakura berukuran mini yang kabarnya dibuat oleh anak-anak SD setempat benar-benar seperti membawa pengunjung ke negeri antah -berantah.
Penyelenggaraan perayaan yang cuma-cuma, dan minuman yang gratis dari pemerintah kota yokote membuat saya tidak habis pikir, betapa murah hatinya pemerintah Akita menyelenggarakan acara tahunan sehebat itu. Betapa kreatifnya Masyarakat Jepang, khususnya Akita, mengalihkan Musibah menjadi sebuah Berkah.
Saya jadi berpikir, alangkah bagusnya bila Indonesia, khususnya masing-masing daerah mulai berpikir kreatif yakni meampilkan kebudayaan lokal yang unik yang hampir tidak dimiliki oleh wilayah lain menjadi suguhan yang membanggakan. Alangkah baiknya jika Departemen pariwisatata tidak terkesan mati suri di meja jabatan mereka. Sehingga Departemen pariwisata di masing-masing daerah bisa menggali potensi SDA dan SDM yang ada di masing-masing daerah dan mengabdikin diri mereka demi memajukan dunia pariwisata di Indonesia.