Tidak
dapat dipungkiri bahwa Jepang adalah Negara maju yang dibangun oleh masyarakat
dengan SDM yang baik. Ketika menemukan sebuah ide dan inovasi, mereka tidak
sekedar berfikir bagaimana cara memanfatkan dan mengembangkan ide tersebut, akan tetapi memikirkan
metode menanggulangi kemungkinan dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh
inovasi tersebut. Dengan kata lain, mereka juga memperhatikan ancaman dan
keselamatan dari inovasi yang
ditimbulkan. Sehingga Jepang dikenal tidak hanya sebagai Negara inovatif, namun
juga dinobatkan sebagai salah satu negara dengan tingkat preventif tertinggi di
dunia.
Jika berbicara arti kesadaran dari segi stabilitas keamanan, di Jepang baik laki-laki dan perempuan tidak
perlu merasa was-was ketika berjalan pulang sendirian tengah malam dari tempat kerja, karena tingkat
kriminalitas yang sangat rendah sebagai dampak
positif kemajuan ekonomi. Contohnya, berita kriminalitas adalah segmen yang sangat jarang dijumpai di media massa
baik koran maupun televisi. Karena luar biasa langkanya kejadian kriminalitas,
seperti pembunuhan, kecelakaan dan pencurian maka kejadian kriminalitas yang
terpapar oleh Media Massa akan menjadi berita hangat yang diulang-ulang di
setiap segmen berita televisi selama berhari-hari. Kasus yang agak berlebihan akibat kekurangan bahan berita di Jepang adalah, pernah diberitakannya peristiwa bahwa seorang kakek tewas akibat terjatuh dari pohon di pekarangan rumahnya. Coba bandingkan dengan berita- berita di Indonesia yang setiap hari menjejali kita dengan berita kriminal, politik, ekonomi, SARA, korupsi secara up to date di berbagai saluran televisi sampai kita kenyang dan muak melihat kebobrokan realitas yang terjadi silih berganti. Namun, meskipun orang Jepang memiliki tingkat keamanan yang tinggi, Masyarakat
Jepang tidak lantas menganggap enteng masalah keselamatan mereka. Masyarakat
Jepang pada umumnya sadar akan arti sebuah keselamatan bahwa tindakan mencegah
lebih baik daripada menanggulangi. Contohnya setiap pintu utama sebuah rumah dilengkapi oleh kamera dan speaker interkom untuk mengetahui siapa tamu sebelum mebukanya, atau pihak
sekolah yang dipayungi oleh kementrian terkait mewajibkan para orang tua untuk
memfasilitasi anak-anak mereka dengan alat keamanan. Contohnya, setiap tas
sekolah TK dan SD dilengkapi dengan alarm keselamatan, sehingga melindungi
mereka dari ancaman kriminalitas. Pada umumnya Anak-anak TK dan SD berjalan
kaki menuju sekolah atau pulang sekolah secara berkelompok, mereka menyusuri
trotoar dan melintasi jalan besar tanpa dipandu oleh orang dewasa. Dengan kelucuannya, tentu mereka
terlihat sangat menggemaskan di mata orang-orang asing atau bagi siapa saja
yang melihat aktivitas mereka. Kadang timbul keinginan sekedar ingin menyapa
mereka, atau sesekali mencolek pipi-pipi yang montok sebagai bentuk rasa gemas yang sewajarnya. Namun niat baik tidak selalu disambut dengan positif di
Jepang. Anak-anak di Jepang selalu diajarkan untuk bersikap waspada dan menarik dari dari
apapun yang berifat asing jika tidak didampingi oleh orang dewasa yang sudah
dikenal seperti keluarga dan guru. Sehingga niat untuk sekedar menyapa
wajah-wajah lucu tersebut saya urungkan mengingat fasilitas keamanan yang
terpasang di peralatan sekolah mereka. Jadi, bila kamu meliat anak-anak Jepang yang lucu di jalan, sebaiknya hindari mendekati mereka jika tidak mau menemui masalah. Contoh kongkrit alat keamanan itu adalah
seperti peluit atau alarm tenaga bateray yang akan terdengar sampai radius
beberapa meter jika mereka menekan alarm tersebut sebagai bentuk dari sebuah
ancaman. Hal yang lebih menggelikan lagi
adalah terpasangnya alarm yang ada di toilet-toilet umum. Pengalaman memalukan
pernah saya alami sekali karena rasa ingin tau yang sangat besar. Ketika sedang
menggunakan toilet yang ada di perpustakaan kampus, saya penasaran untuk
menarik suatu benda yang ternyata sebuah alarm pertolongan kecelakaan di dalam
toilet. Sontak bunyi alarm yang memekakkan telinga tersebut segera saya sadari,
dan cepat-cepat saya kembalikan ke posisi semula sehingga tidak sempat
mengundang perhatian sekeliling. Hal-hal tersebut adalah contoh bentuk dari
tindakan prefentif warga Jepang.
Jika menengok dari segi kesadaran lingkungan, Warga Jepang terkenal sebagai bangsa yang gemar sekali menjaga
lingkungan dari hal yang besar sampai dengan hal yang terlihat sepele. Contohnya, Kita
tentu sangat dekat dengan penggunaan minyak goreng sebagai salah satu bahan
pokok dari sembilan bahan pokok di Indonesia. Hal itu dipengaruhi oleh kultur
masakan Indonesia yang beragam dan sebagian besar dihidangkan lewat proses
penggorengan. Betul sekali, minyak goreng adalah komoditi utama di Indonesia
setelah beras dan gula. Kepopuleran minyak goreng di Indonesia menjadikan minyak
goreng sebagai barang vital, primadona kuliner. Sehingga Minyak goreng dipoduksi secara massive
layaknya memproduksi beras. Sampai-sampai ribuan hektar hutan menjadi korban keganasan para kapitalis industri minyak goreng di Indonesia. Yang paling menyedihkan, dampak pembakaran tersebut memaksa hutan-hutan tidak mampu lagi menghasilkan oksigen, sebaliknya malah
menghasilkan polusi udara yang mengancam jiwa jutaan mahluk hidup baik manusia dan hewan-hewan yang dilindungi dan lemah. Terlepas
dari katastropi asap yang diakibatkan oleh hutan yang dijadikan tumbal para
kapitalis tersebut, penanggulangan limbah minyak goreng di Indonesia menjadi
hal yang diacuhkan baik oleh pemerintah Indonesia maupun oleh masyarakat Indonesia secara individu. Bila menengok ke Jepang, betapa Negara Jepang begitu
memperhatikan dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh minyak goreng.
Jika di Indonesia, umumnya warga kita membuang limbah minyak goreng di
sembarang saluran pembuangan air, maka tidak begitu halnya dengan orang Jepang.
Di Jepang peraturan yang berlaku adalah dilarang membuang limbah minyak goreng
di saluran pembuangan air atau got. Mengapa mereka harus membuang limbah minyak
goreng sesuai prosedur?. Karena minyak
dapat menyebabkan pencemaran pada tanah, selain itu minyak bisa menggumpal atau membeku di saluran pipa
pembuangan air sehingga menyebabkan saluran pipa tersumbat ketika musim dingin
tiba. Lalu, kemana mereka harus membuang
limbah minyak goreng?. Berikut ini adalah beberapa cara membuang minyak goreng
sesuai prosedur keamanan di Jepang:
1. Membuang
limbah minyak goreng dengan obat oil solidfier(油固め剤)
Cara kerja oil solidifier
tersebut adalah dengan membekukan atau memadatkan minyak yang masih cair. Sebelum dibuang, minyak goreng
bekas pakai yang masih panas atau hangat cukup dengan ditaburi dengan bubuk obat tersebut.
Setelah didiamkan beberapa saat, minyak tersebut akan berubah wujud menjadi
padat atau kristal atau menggumpal. Setelah itu, barulah minyak boleh dibuang di
sampah kategori sampah terbakar. Karena pada dasarnya minyak adalah zat yang
mudah terbakar maka dikategorikan
kedalam sampah terbakar.
2. Limbah
Minyak diserap dahulu dengan kertas atau koran tidak terpakai, kemudian dipilah
ke sampah terbakar.
3. Cara
yang terakhir ini adalah cara yang mungkin paling mengharukan bagi warga asing. Mengapa dikatakan mengharukan? Tak lain
karena betapa baik dan besarnya perhatian pemerintah Jepang dalam memikirkan
kelestarian lingkungan. Pemerintah Jepang tidak serta merta mengeluarkan peraturan, namun juga memberikan solusinya. Beberapa supermarket tidak hanya memberikan pelayanan air sehat bagi warganya,
atau memenyediakan tempat daur ulang
styreofoam (wadah makanan, maaf jika ejaan kurang tepat), tapi
juga memberikan pelayanan berupa menyediakan wadah pembuangan limbah minyak goreng pada
waktu-waktu tertentu, sehingga warga lingkungan di supermarket setempat boleh
membuang limbah tersebut secara gratis sambil lewat berbelanja.
Bagaimana?, menarik bukan?. Jika Jepang yang notabene adalah
non muslim saja bisa menjaga lingkungan, dan memperhatikan kelestarian lingkungan, lantas
mengapa kita sebagai warga Negara Indonesia yang kabarnya memiliki populasi muslim terbesar di
dunia ini belum mampu menjaga lingkungan
sebagaimana seharusnya? Padahal berulang-ulang Allah SWT telah menyuruh manusia untuk tidak merusak alam sebagaimana yang tertuang pada banyak ayat di dalam Al Quran.
“ Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah
kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik (QS. Al. A’raf: 56). “Dan
bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan”
(QS. AL-Baqorah :11).