Selasa, 10 November 2015

Kesadaran Jepang





      Tidak dapat dipungkiri bahwa Jepang adalah Negara maju yang dibangun oleh masyarakat dengan SDM yang baik. Ketika menemukan sebuah ide dan inovasi, mereka tidak sekedar berfikir bagaimana cara memanfatkan dan mengembangkan ide tersebut, akan tetapi memikirkan metode menanggulangi kemungkinan dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh inovasi tersebut. Dengan kata lain,  mereka juga memperhatikan ancaman dan keselamatan  dari inovasi yang ditimbulkan. Sehingga Jepang dikenal tidak hanya sebagai Negara inovatif, namun juga dinobatkan sebagai salah satu negara dengan tingkat preventif tertinggi di dunia.

      Jika berbicara arti kesadaran dari segi  stabilitas keamanan, di  Jepang baik laki-laki dan perempuan tidak perlu merasa was-was ketika berjalan pulang sendirian tengah malam  dari tempat kerja, karena tingkat kriminalitas yang sangat rendah sebagai  dampak positif  kemajuan ekonomi.  Contohnya, berita kriminalitas adalah segmen  yang sangat jarang dijumpai di media massa baik koran maupun televisi. Karena luar biasa langkanya kejadian kriminalitas, seperti pembunuhan, kecelakaan dan pencurian maka kejadian kriminalitas yang terpapar oleh Media Massa akan menjadi berita hangat yang diulang-ulang di setiap segmen berita televisi selama berhari-hari.  Kasus yang agak berlebihan akibat kekurangan bahan berita di Jepang  adalah, pernah diberitakannya peristiwa bahwa seorang kakek tewas akibat terjatuh dari pohon di pekarangan rumahnya. Coba bandingkan dengan berita- berita di Indonesia yang  setiap hari menjejali  kita dengan berita kriminal, politik, ekonomi, SARA, korupsi secara up to date di  berbagai saluran televisi sampai kita kenyang dan muak melihat kebobrokan realitas yang terjadi silih berganti. Namun, meskipun orang Jepang memiliki  tingkat keamanan yang tinggi, Masyarakat Jepang tidak lantas menganggap enteng masalah keselamatan mereka. Masyarakat Jepang pada umumnya sadar akan arti sebuah keselamatan bahwa tindakan mencegah lebih baik daripada menanggulangi.  Contohnya setiap pintu utama sebuah rumah dilengkapi oleh kamera dan speaker  interkom untuk mengetahui siapa tamu sebelum mebukanya, atau pihak sekolah yang dipayungi oleh kementrian terkait mewajibkan para orang tua untuk memfasilitasi anak-anak mereka dengan alat keamanan. Contohnya, setiap tas sekolah TK dan SD dilengkapi dengan alarm keselamatan, sehingga melindungi mereka dari ancaman kriminalitas. Pada umumnya Anak-anak TK dan SD  berjalan kaki menuju sekolah atau pulang sekolah secara berkelompok, mereka menyusuri trotoar dan melintasi jalan besar tanpa dipandu oleh orang dewasa. Dengan kelucuannya, tentu mereka terlihat sangat menggemaskan di mata orang-orang asing atau bagi siapa saja yang melihat aktivitas mereka. Kadang timbul keinginan sekedar ingin menyapa mereka, atau sesekali mencolek pipi-pipi yang montok sebagai bentuk rasa gemas yang sewajarnya. Namun niat baik tidak selalu disambut dengan positif di Jepang. Anak-anak di Jepang  selalu diajarkan untuk bersikap waspada dan menarik dari dari apapun yang berifat asing jika tidak didampingi oleh orang dewasa yang sudah dikenal seperti keluarga dan guru. Sehingga niat untuk sekedar menyapa wajah-wajah lucu tersebut saya urungkan mengingat fasilitas keamanan yang terpasang di peralatan sekolah mereka. Jadi, bila kamu meliat anak-anak Jepang yang lucu di jalan, sebaiknya hindari  mendekati mereka jika tidak mau menemui masalah. Contoh  kongkrit alat keamanan itu adalah  seperti peluit atau alarm tenaga bateray yang akan terdengar sampai radius beberapa meter jika mereka menekan alarm tersebut sebagai bentuk dari sebuah ancaman.  Hal yang lebih menggelikan lagi adalah terpasangnya alarm yang ada di toilet-toilet umum. Pengalaman memalukan pernah saya alami sekali karena rasa ingin tau yang sangat besar. Ketika sedang menggunakan toilet yang ada di perpustakaan kampus, saya penasaran untuk menarik suatu benda yang ternyata sebuah alarm pertolongan kecelakaan di dalam toilet. Sontak bunyi alarm yang memekakkan telinga tersebut segera saya sadari, dan cepat-cepat saya kembalikan ke posisi semula sehingga tidak sempat mengundang  perhatian sekeliling.  Hal-hal tersebut adalah contoh bentuk dari tindakan prefentif warga Jepang.
           Jika menengok dari segi   kesadaran lingkungan, Warga Jepang terkenal sebagai bangsa yang gemar sekali menjaga lingkungan dari hal yang besar sampai dengan hal yang terlihat sepele. Contohnya, Kita tentu sangat dekat dengan penggunaan minyak goreng sebagai salah satu bahan pokok dari sembilan bahan pokok di Indonesia. Hal itu dipengaruhi oleh kultur masakan Indonesia yang beragam dan sebagian besar dihidangkan  lewat proses penggorengan. Betul sekali, minyak goreng adalah komoditi utama di Indonesia setelah beras dan  gula. Kepopuleran minyak goreng di Indonesia menjadikan minyak goreng sebagai barang vital, primadona kuliner.  Sehingga Minyak goreng dipoduksi secara massive layaknya memproduksi beras. Sampai-sampai ribuan hektar hutan  menjadi korban keganasan  para kapitalis industri minyak goreng di  Indonesia. Yang paling menyedihkan,   dampak pembakaran tersebut memaksa hutan-hutan tidak mampu lagi menghasilkan oksigen, sebaliknya malah menghasilkan polusi udara yang mengancam jiwa jutaan mahluk hidup baik manusia dan hewan-hewan yang dilindungi dan lemah. Terlepas dari katastropi asap yang diakibatkan oleh hutan yang dijadikan tumbal para kapitalis tersebut, penanggulangan limbah minyak goreng di Indonesia menjadi hal yang diacuhkan baik oleh pemerintah Indonesia maupun oleh masyarakat Indonesia secara individu. Bila menengok ke Jepang, betapa Negara Jepang begitu memperhatikan dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh minyak goreng. Jika di Indonesia, umumnya warga kita membuang limbah minyak goreng di sembarang saluran pembuangan air, maka tidak begitu halnya dengan orang Jepang. Di Jepang peraturan yang berlaku adalah dilarang membuang limbah minyak goreng di saluran pembuangan air atau got. Mengapa mereka harus membuang limbah minyak goreng  sesuai prosedur?. Karena minyak dapat menyebabkan pencemaran pada tanah, selain itu minyak bisa  menggumpal atau membeku  di saluran pipa pembuangan air sehingga menyebabkan saluran pipa tersumbat ketika musim dingin tiba.  Lalu, kemana mereka harus membuang limbah minyak goreng?. Berikut ini adalah beberapa cara membuang minyak goreng sesuai prosedur keamanan di Jepang:
1.  Membuang limbah minyak goreng dengan obat oil solidfier(油固め剤)
Cara kerja oil solidifier tersebut adalah dengan membekukan atau memadatkan minyak yang  masih cair. Sebelum dibuang, minyak goreng bekas pakai yang masih panas atau hangat cukup  dengan ditaburi dengan bubuk obat tersebut. Setelah didiamkan beberapa saat, minyak tersebut akan berubah wujud menjadi padat atau kristal atau menggumpal. Setelah itu, barulah minyak boleh dibuang di sampah kategori sampah terbakar. Karena pada dasarnya minyak adalah zat yang mudah terbakar maka dikategorikan  kedalam sampah terbakar.
2.  Limbah Minyak diserap dahulu dengan kertas atau koran tidak terpakai, kemudian dipilah ke sampah terbakar.
3.  Cara yang terakhir ini adalah cara yang mungkin  paling mengharukan bagi warga asing.  Mengapa dikatakan mengharukan? Tak lain karena betapa baik dan besarnya perhatian pemerintah Jepang dalam memikirkan kelestarian lingkungan. Pemerintah Jepang tidak serta merta mengeluarkan peraturan, namun juga memberikan solusinya. Beberapa supermarket tidak hanya  memberikan pelayanan air sehat bagi warganya, atau memenyediakan tempat daur ulang  styreofoam (wadah makanan, maaf jika ejaan kurang tepat),  tapi juga memberikan pelayanan berupa menyediakan wadah  pembuangan limbah minyak goreng pada waktu-waktu tertentu, sehingga warga lingkungan di supermarket setempat boleh membuang limbah tersebut secara gratis sambil lewat berbelanja. 






Bagaimana?, menarik bukan?. Jika Jepang yang notabene adalah non muslim saja bisa menjaga lingkungan, dan  memperhatikan kelestarian lingkungan, lantas mengapa kita sebagai warga Negara Indonesia yang kabarnya memiliki populasi muslim terbesar di dunia  ini belum mampu  menjaga lingkungan sebagaimana seharusnya? Padahal berulang-ulang Allah SWT telah  menyuruh manusia untuk tidak merusak alam sebagaimana  yang tertuang pada banyak ayat di dalam  Al Quran.  “ Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik  (QS. Al. A’raf: 56).Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan(QS. AL-Baqorah :11).

Kamis, 05 Februari 2015

Madinah Al Munawarrah


         Kira-kira pada pukul tiga dini hari, kami berempat memutuskan berangkat menuju Masjid Nabawi. Pak Haji, begitu sapaan akrab untuk pembimbing umrah kelompok kami  rupanya sudah menunggu kami berempat di depan hotel, siap membimbing kami menuju Masjid Nabawi. Pak Haji mengingatkan bahwa  Masjid Nabawi yang sangat luas ini memiliki 24 pintu masuk ke gerbang! Yaitu 8 pintu di bagian timur, 8 pintu bagian barat, 4 pintu bagian utara, 4 pintu bagian selatan. Pintu yang menghubungkan hotel Sama silver  dengan  Masjid Nabawi adalah pintu gerabang No.6. Pak Haji berkali-kali mengingatkan kami supaya kamii jangan sampai lupa nomor gerbang. Karena kalau sampai salah memilih pintu gerbang,  urusan akan runyam. Jalan menuju Pintu gerbang nomor 6 sedikit remang. Di sana sini berserakan terpal dagang menyelimuti pinggiran jalan mirip sebuah pasar. Di Jalan itu tampak dua orang penduduk lokal dengan suara lantang menawarkan mushab Qur’an kepada setiap orang yang melintas.

        Akhirnya kami melewati gerbang yang sangat megah dengan tulisan No. 6 di atasnya sebagai penanda. Lantai pelataran Masjid Nabawi bagaikan lantai di mall, mengkilat dan bersih walaupun selalu diinjak oleh alas kaki ribuan jama’ah. Saat itu langit masih gelap, tapi lampu-lampu masjid yang indah laksana gelas-gelas kristal gemerlap menerangi seantero isii masjid sesuai dengan namanya “Madina Al Munawwarah”, yaitu kota yang bercahaya. Di dinding-dinding dan  tiang-tiang masjid bertuliskan indahnya Asmaul husna dan rangkaian ayat-ayat Quran. Payung payung raksasa sebagaimana yang biasa saya lihat lewat tv parabola di rumah, sekarang bisa saya saksikan sendiri, berdiri gagah di depan mata kepala saya. Jumlahnya ratusan dan satu sama lain mekar saling berdekatan. Bahkan payung-payung raksasa itu disetting kapan mereka kuncup dan kapan waktu membentang.  Seperti ribuan jamur raksasa memenuhi masjid.  Rasanya saya bagai sedang berjalan di dalam mimpi, hampir-hampir saya tidak percaya bahwa saya diizinkan Allah SWT memasuki tempat 1000 pahala. Mungkin agak sedikit ‘lebay’, tapi saya diam-diam mencubit kulit tangan saya sendiri untuk memastikan bahwa saya tidak sedang bermimpi. 
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
“Shalat di masjidku ini lebih baik daripada 1000 shalat di tempat lain, kecuali di Masjid Al-Haram.” (HR. Muslim no. 1394).







           Masjid Nabawi adalah masjid terindah yang pernah saya masuki seumur hidup ini.  Karena untuk pertama kalinya kami tiba di masjid, itupun  pada dini hari buta, beberapa petugas kebersihan nampak di sekitar pelataran masjid. Pemandangan yang lebih mengagumkan adalah alat yang mereka gunakan untuk membersihkan lantai bukan sekedar alat pel sederhana, tapi berupa kendaraan seperti mobil golf yang dibawahnya terdapat kain dan sikat untuk menyikat dan membersihkan lantai dengan efisien dan cepat. Benar-benar mengagumkan. Pelataran Masjid nabawi yang begitu lebar dan langit malam yang mesih gelap membuat  seolah masjid ini tak memiliki ujung. Udara dingin di kota Madinah menyambut kedatangan kami, mengembuskan udara  musim dingin kedalam  tulang-tulang sumsum. Alhamdulillah kami memang sudah bersiap-siap dari tanah air untuk menghadapi terpaan musim dingin di Madinah dan Mekah. Suhu udara di applikasi ponsel menunjukkan  19 derajat celcius, ku rapatkan jaket sambil memeluk tas kecil berisi perlengkapan sholat. Pintu utara masjid  Nabawi semakin tampak dekat. Di salah satu pintu yang  ditutup berlapiskan warna keemasan dan berukirkan  nama Allah SWT  dan Muhammad SAW. Para jamaah shalat dari berbagai negara  dan kami berempat menuju pintu-pintu yang terbuka lebar. Setiap pintu di jaga sangat ketat  oleh beberapa petugas masjid yang  berpakaian dan bercadar serba hitam. Mereka melaksanakan tugas  dengan memeriksa isi kantong tas milik  setiap jamaah yang melewati pintu-pintu masjid. Setiap isi kantong tas dan kantong alas kaki diperiksa dan diraba. Kamera dilarang untuk di bawa masuk ke dalam masjid, tapi herannya, handphone boleh dibawa masuk padahal handphone atau smartphone.juga terdapat fungsi kamera. Celakanya, di dalam kantong tas saya ada handycam terbalut sajadah tebal.  Petugas-petugas perempuan itu bisa saja menolak saya masuk dengan handycam di dalam tas. Tangan-tangan perempuan itu meraba-raba isi dalam tas, lalu  menariknya lagi,  dan mempersilahkan saya masuk. Alhamdulillah, artinya handycam di dalam tas tidak ketahuan.  Tapi kawan satu kamar kami sempat ditolak masuk patugas karena digital cameranya tertangkap petugas wanita, terpaksa dia saya tarik keluar antrian masuk dan menyembunyikan kamera ke dalam tempat yang lebih dalam di dalam kantong tas. Saya pikir lebih baik begitu, dari pada kami harus kembali ke maktab hanya untuk meletakkan kamera. Alhamdulillah ibu itu akhirnya lolos pemeriksaan juga.
       Begitu memasuki masjid Nabawi, terhampar luas karpet-karpet indah berwarna merah tua. Ribuan pilar bergaya khas Nabawi berjejer di sepanjang ruangan seolah pintu-pintu pilar tersebut tiada berujung. Maka tidak lah heran, bahwa keindahan gaya arsitektur Masjid Nabawi sampai dibawa ke Turki hingga ke Masjid Cordoba yang ada di Spanyol.  Shaf shalat wanita di seberang pintu sudah penuh, maka kami mencari di shaf  agak kedepan. Kondisinya pun hampir sama, shaf sudah penuh. Terpaksa kami berempat menyelinap  di antara shaf orang-orang asing. Kebanyakan usia jamaah adalah 50 tahun ke atas, termasuk di depan kami jamaah wanita asal Indonesia yang sudah berumur.  Rak-rak berisi  Mushab Alquran  tersedia di setiap sudut dan tiang-tiang penyangga Masjid, membebaskan siapa saja yang ingin mengaji. Tips, saya untuk para calon jama’ah,  tidak perlu  repot-repot membawa mushab Alquran dari maktab, karena Mushab  sudah tersedia lengkap di dalam masjid. Kecuali kalau tidak kebagian shaf di dalam Masjid dan terpaksa mengharuskan anda mengambil shaf di pelataran Masjid, maka anda harus menyiapkan mushab sendiri. Selain itu, anda tidak perlu repot-repot membawa botol minum dari maktab, karena sama seperti Mushab Alqur’an, Pihak Masjid telah menyediakan galon-galon besar berisikan air zamzam  di dalam Masjid lengkap dengan cup minum. Bahkan di pelataran masjid, tersedia keran-keran  air zamzam dan cup minum untuk siapa saja yang membutuhkan minum, sehingga tidak perlu membawa botol  minum sendiri. Para jama’ah juga bebas membawa air zamzam ke dalam botol untuk di bawa pulang ke maktab. 
      Tips lainnya, sebaiknya tidak membawa tas besar, apalagi kantong belanjaan ke dalam masjid, karena pasti anda akan dilarang masuk oleh petugas.  Apabila anda membawa kantong besar belanjaan, sebaiknya bawa pulang belanjaan anda terlebih dahulu ke  maktab masing-masing, baru setelahnya kembali ke Masjid. 
Pilar-pilar masjid Nabawi 


Di antara pilar-pilar yang cantik
Kran air zamzam di pelataran masjid Nabawi

          Masjid Nabawi bukan hanya masjid yang menonjolkan keindahannya, tapi juga tekhnologi yang tinggi. Contohnya seperti Kubah dan payung di pelataran.  Kubah yang tampak menawan dari luar tidak hanya memiliki fungsi sebagai keindahan. Kubah itu ternyata berfungsi juga sebagai pengatur sirkulasi udara di dalam Masjid.  Pada jam-jam tertentu, beberapa kubah akan terbuka beberapa saat secara otomatis, kemudian akan menutup kembali. Buka dan tutup kubah tersebut menjadi perhatian dan daya tarik tersendiri bagi para jama’ah yang berada hanya di dalam Masjid. Begitu Kubah tiba-tiba terbuka perlahan, suara gemuruh tanda kagum dari para jamaah terdengar pelan.  Saya pun baru tahu ada pemandangan menarik melihat terbukanya kubah tersebut  pada hari terakhir berada di Madinah. Selain berfungsi sebagai keindahan, buka-tutup puluhan payung raksasa yang berada di pelataran berfungsi sebagai pelindung dari panas dan cuaca bagi para jama’ah yang berada di pelataran, Sebagian batang tubuh payung tersebut dipasang AC yang secara otomatis pula memancarkan hawa dingin pada musing panas. Tidak bosan-bosannya kami berfoto selfie di antara payung-payung yang sedang mekar di setiap sudut dan bagian pelataran. Seolah di setiap sudut dan bagian pelataran memiliki fokus pemandangan yang berbeda, padahal model payungnya ya sama saja. 


Payung Raksasa  Masjid Nabawi

Payung Raksasa  Masjid Nabawi

Mejeng di antara Payung Raksasa  Masjid Nabawi

Payung Raksasa  Masjid Nabawi


           Untuk mengambil wudhu atau buang hajat ketika sedang berada di Masjid Nabawi, sedikitnya ada 14 tempat atau posisi toilet di pelataran Masjid menyebar di depan 24 pintu bagian Masjid. Ada petunjuk dan gambar yang  jelas, antara Toilet wanita dan toilet pria. Toilet di bangun di ground floor supaya tidak mengganggu pemandangan dan menyebarkan bau. Ada tangga dan eskalator untuk menuju toilet ground floor 1 dan ground floor 2, serasa bagai mau pergi ke pertokoan saja.  Toiletnya sangat bersih dan selalu ada petugas kebersihan yang berjaga di sana, sehingga para jama’ah merasa nyaman saat menggunakannya.
         Jika sebelum Azan, kita masih berada di maktab, maka jangan harap bisa mendapatkan shaf di dalam Masjid, terpaksa harus menjadi bagian shaf di pelataran yang sangat sejuk disertai angin yang kencang ketika musim dingin. Maka, saran saya jika anda berencana umrah di bulan Desember sampai April, sebaiknya persiapkan jaket yang tebal untuk dikenakan.          
(Bersambung di  Perjalanan spiritual: Rafidhah/ Makam Nabi)