Jumat, 14 Februari 2014

Pulang Kampung, Bagian 3 (Chiba city, Takoyaki)

    Pernah mendengar nama Takoyaki? Yak takoyaki adalah salah satu jajanan tradisional di Jepang, selain ada sederet lain jajanan Jepang yang berakhiran -yaki. di antaranya  Okonomiyaki, Taiyaki, Dorayaki. Untuk imbuhan Yaki-didepan kata, seperti,Yakiniku, Yakitori, Yakisoba biasanya adalah hidangan besar atau hidangan utama. Yakisoba, yakiniku bisa dibilang bukan makanan cemilan atau makan ringan, sedangkan yakitori boleh masuk ke dalam daftar keduanya. Yakitori sendiri biasanya dinikmati sebagai kawan minum sake atau alkohol (kalau yang satu ini tidak direkomendasikan untuk mencicip atau menyantapnya). Semua imbuhan akhir -yaki artinya merupa hidangan yang disajikan melalui proses panggang atau bakar, bisa juga oseng. 
      Di hari terakhir di kota Chiba, Tom dan Miki menyempatkan waktu bersama saya   sebelum bertolak ke Tokyo untuk mencicipi lezatnya Takoyaki, jajanan tradisional warga Jepang. Letak kedai Takoyaki yang mereka rekomendasikan sangat dekat dengan apartemen mereka, kira-kira hanya berjarak 200 meter. Kami cukup berjalan kaki menuju ke sana. Kedai ini terletak tidak jauh dari stasiun kereta monorel, yaitu Stasiun Chirodai Kita, Chiba. Menurut Tom dan miki, Takoyaki di kedai tersebut merupakan takoyaki yang paling enak di Chiba, selain teksturnya yang sangat lembut. Seperti kata pak Bondan pakar kuliner televisi  mengekspresikan kelezatan makanan dengan kata 'Mak Nyuss'. Seperti itulah kira-kira apa yang ingin diungkapkan Tom dan Miki.
    Sesuai dengan tema makanan traditional Jepang, maka nuansa ornament yang menghiasi kedai ini juga sangat tradisional sekali namun cukup sederhana. Kedai Takoyaki ini bernama Matsuri (祭). Matsuri yang  artinya adalah  perayaan.
Hiasan lampion menyambut para tamu


Suasana di dalam kedai Matsuri, cukup luas untuk ukuran sebuah kedai di Jepang

Beraneka ragam saus takoyaki lengkap tersedia






    
 Kedai Takoyaki ini terbilang sangat unik. Sesuai dengan namanya yaitu Matsuri yang berarti perayaan, maka kedai ini menghiasi ruangannya dengan berbagai pernak-pernik yang berbau perayaan, seperti lampion, poster besar bergambar perayaan di Jepang, bahkan sampai buku menu pun disisipkan gambar-gambar perayaan terkenal tersebut. Sehingga pengunjung yang datang tidak merasa bosan ketika harus menunggu beberapa saat sebelum hidangan tiba  di meja. Sebagai pengunjung mancanegara atau biasa disebut turis bule seperti saya, pengalaman bisa menikmati makanan dan gaya ruang yang khas kejepangan seperti ini merupakan sebuah keistimewaan dan pengalaman menarik tersendiri.






    Sepanjang perjalanan saya di Chiba, kamera ponsel dan kamera amatir tidak lepas dari tangan. Kadang-kadang saya beraksi di depan kamera video, meniru gaya layaknya reporter-reporter profesional TV  meliput sebuah berita. Sepanjang perjalanann itu saya kerahkan bakat tersembunyi saya sebagai reporter perang jalan-jalan dan kuliner walaupun sedikit norak dan tidak tahu malu. Tom yang beberapa kali dengan sangat terpaksa bersedia  menjadi seorang Cameraman amatir dan dadakan  untuk saya paham betul dengan situasi dan kondisi  tersebut. Tom memanfaatkan moment berharga sebagai juru kamera dengan terlebih dulu meminta izin kepada koki Kedai untuk 
meliput video proses pembuatan makanan yang disajikan. Maka liputan amatir tersebut berhasil dilaksanakan. Saya mengabadikan proses pembuatan Takoyaki secara langsung dengan video amatir tersebut hingga selesai dengan proses pembuatan yang lumayan cepat. 
Setelah harus menunggu beberapa saat, akhirnya Si cantik, lembut, amoi Takoyaki menyapa raungan perut kami di meja makan
  
si cantik nan amoi Takoyaki, Oishii
Takoyaki sebenarnya berukuran lebih besar dari gambar. Kalau tidak percaya, silahkan ganti kacamata anda.

   Secara Etimologi, Takoyaki sendiri berasal dari 2 kata. yaitu Tako (gurita) dan yaki (panggang).  Jadi Takoyaki adalah cemilan berbentuk bola-bola  yang berukuran 3-5 cm yang terbuat dari campuran tepung dan berisi gurita yang telah dimutilasi ( iiiihhhh seram) lalu dipanggang di atas cetakan seperti cetakan kue lumpur namun dengan ukuran lubang yang lebih kecil dan sedikit lebih dalam. Setelah matang, bola-bola takoyaki itu disiram saus takoyaki dan mayonais, lalu terakhir diberi taburan serutan katsuobushi (ikan cakalang), dan aonori (rumputlaut kering). Insya Allah halal untuk dikonsumsi karena tidak berisi bahan yang diharamkan. Takoyaki lazimnya dengan mudah dijumpai  di tenda-tenda pinggiran jalan pada perayaan musim panas atau perayaan lainnya layaknya sebuah jajanan kaki lima dengan harga yang terjangkau, berkisar 200-500 yen (setara 50 ribu rupiah), tergantung pada jumlah isi.

   Selain menu Takoyaki, Kedai ini juga menyajikan menu lain yang tak kalah menggoyang lidah. Salah satunya adalah Yakisoba (mie goreng halal), dan Ise Udon. Udon adalah sejenis mie yang berukuran lebih gemuk dari ukuran mie pada umumnya, tapi tidak seperti kwetiaw yang tipis dan lebar. Berbeda dengan Soba pada umumnya yang disajikan dengan kuah yang melimpah ruah, maka  Ise Udon disajikan dengan saus kental khas dari daerah Ise, Suatu wilayah di kepulauan Kyushu.  Rasa Ise Udon ini pun tidak kalah dengan kelezatan Takoyaki.
Ise Udon
   Bagi yang hendak berwisata ke daerah Chiba, Kedai Takoyaki Matsuri menjadi salah satu tempat yang saya rekomendasikan. Akses menuju ke Kedai Matsuri sangatlah mudah, Dari Stasiun JR Chiba, diteruskan ke Monorel Chiba line No.2 dengan merogoh kocek sebesar 450 Yen, lamanya waktu perjalanan kira-kira 23 menit, lalu turunlah di stasiun monorell Chirodai Kita (Chirodai utara). Dari stasiun terakhir itu hanya membutuhkan waktu 1 menit dengan jalan kaki menuju Kedai Matsuri. Bila anda turun dari Stasiun tersebut dan jalan lurus saja mengikuti jalan satu arah di bawah jalur monorel tersebut, maka anda akan tiba dengan sukses menyasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar