Selasa, 04 Februari 2014

Pulang Kampung, Bagian I (Harajuku, Omotesando)

      Tepat ketika saya menulis blog ini, seharusnya saya sedang menyelesaikan laporan akhir, atau berusaha  tidur sejenak demi menabung energi, mengingat mood untuk menyelesaikan laporan tidak kunjung datang juga. Maka laporan saya kerjakan esok pagi atau menjelang siang saja.Begitulah rencana sebenarnya. Tapi cita2 itu gagal karena entah kenapa pikiran ini maunya bernostalgia mengenang hari-hari selama pulang kampung ke Chiba 2 hari yang lalu.

yup, Minggu lalu, tepatnya sejak Jum'at pagi sampai  Minggu malam saya mudik ke kota chiba, kota di mana beribu kenangan manis tersemai beberapa tahun lalu yang kala itu saya masih seorang mahasiswi pertukaran, masih manis, masih lucu-lucunya, lugu, dan suka semau-maunya.

      Sebenarnya Rencana awal saya cuma mau ke tokyo 1 hari untuk berbelanja oleh-oleh sebelum pulang ke Indonesia sebentar lagi, tapi Allah berkehendak lain. Rencana-Nya ternyata lebih manis daripada rencana saya. Sayabat lama saya yang berdomisili di Chiba, Miki dan Tom mengundang saya untuk melewatkan beberapa hari di Chiba. Tom dan miki adalah orang aseli Jepang. Bagi saya mereka bukan sekedar sahabat lama, tapi sudah seperti kakak,saudara,keluarga bagi saya di Jepang. Saya dipersilahkan bermalam di rumah mereka selama beberapa hari.

      Hari pertama adalah hari pertemuan saya dengan Miki di Harajuku, tepatnya di jalan Takeshita ( Harajuku adalah pusat Shopping dan pusat trend anak muda di Tokyo, bahkan seantero Jepang dengan harga kaki lima. Mungkin bila disejajarkan dengan Indonesia seperti Bandung, atau ibarat Malioboronya Yogyakarta).  

      Setelah puas  berkeliling di Sepanjang jalan Takeshita, dan tak terhitung berapa buah toko sepatu dan butik pakaian kami kunjungi  demi mendapatkan ukuran sepatu  kaki Cinderella, tapi tidak juga menemukan pangerannya  yang cocok di kaki, akhirnya kami pun menyerah. Maklum ukuran kaki saya untuk standar ukuran Jepang 21.5. Jadi waktu coba di Toko A, ukuran 22 terlalu longgar, Ke Toko B (Diana yang notabene Brand Jepang, dengan harga yang Wow fantastis, yang walaupun discount 60 % tetep aja seperti gak didiscount) mencoba ukuran 21.5 olala ternyata terlalu sempit di kaki,   sedangkan Standar ukuran di Indonesia 35. Begitu cross check ke boutiqu Brand Singapura, ternyata di bawah 34. Bener-bener capek deehhh. Nostalgia kami dilanjutkan di kedai Ten'ya yaitu kedai Tempura  yang memiliki kedai cabang luas, namun sayangnya tidak ditemukan di Akita. Sambil menikmati semangkuk tempura, cerita  curhat tak henti-hentinya saling bersahutan. Rasa tempura kala itu masih sama seperti Tempura yang kami nikmati beberapa tahun silam.







      Harajuku terhubung dengan Omotesando yang masih sebagai pusat shopping dan wisata. Nostalgia berlanjut ke area Omotesando tanpa perencanaan sebelumnya. Semua mengalir seperti kenangan beberapa tahun silam bersama saya dan Miki. Berjalan di sepanjang jalan Omotensando seperti benar-benar kembali masuk ke masa silam itu. Saya dan Miki memasuki kios cinderamata yang menjual berbagai barang khas Jepang, seperti T-shirt khas huruf Jepang, tas, dompet, miniatur pedang, mainan,dll.Tanpa sengaja mata saya tertuju pada lipatan T-shirt khas tulisan Jepang. Ternyata jika dibandigkan dengan harga T-Shirt di Asakusa, T-shirt di kios itu jauh lebih murah dengan kualitas yang sama. Hampir saja saya nekat pergi ke Asakusa untuk  mendapatkan barang yang sama. Alhamdulillah 1 lagi rencana Indah Allah  yang saya rasakan di hari itu.

 Satu lagi yang saya rasakan keunikan akan  Kios Oriental Basaar adalah arsitektur bangunannya yang menyerupai sebuah kuil (otera). Miki bilang kalau kios ini sudah berdiri sejak akhir masa perang Dunia II. Sejak usai perang banyak tentara Asing dan kaum ekspatriat berkunjung di Jepang, sehingga kios  itu sengaja didirikan untuk memenuhi keinginan pelanggan asing yang berburu oleh-oleh, khususnya oleh-oleh khas Jepang. Sejauh ini, pengunjung yang terlihat memang pengunjung asing termasuk saya. Harga yang dipasang jauh lebih murah dibanding kios-kios yang serupa.
Berpose di depan kios


Miki juga dipaksa ikutan berpose^^
Omotesando tempo dulu


Time flies


Jadul saya


Jadul Miki
 Dan kehasan Jalan di Omotedando terlihat pada bangku besi sepanjang jalan


      Setelah capek mengelilingi Omotesando dan Harajuku, petualangan dan nostalgia kami ditutup di Shibuya. Sebenarnya mampir di Shibuya hanya untuk numpang sholat di Mushola mengingat Harajuka dan Omotesando telah melenakan waktu saya. Sebagai seorang musafir, Jamak qosor waktu Dhuhur -Ashar pun  saya pilih diujung waktu. Akhirnya setelah menunaikan kewajiban tersebut, kami harus buru-buru ke Nihonbashi untuk mengejar bis menuju ke Chiba. Petualangan satu hari singkat itu pun ditutup dengan senyum kemenangan mengingat keesokan hari adalah hari Sabtu dan minggu yang berarti petualang Mudik masih panjang ^0^.

3 komentar:

  1. Salam. Saya akan ke Jepun nanti. Saya ingin bertanya, kamu solat di Shibuya di Mushallah Shibuya ya? Saya bercadang mahu solat di sana nanti. Jauh enggak dari Shibuya Station? Dan open sepanjang masa mushallanya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf baru sempat balas. mushola di shibuya tidak jauh dari stasiun JR. Shibuya. coba cari cafe gusto (ガスト) and.steak. Mushola tsb ada di belakang cafe tsb. tepatnya.di building Shibuyaku Dougenzaka Sagas-Bld 11F R1107

      Hapus
    2. nggak faham apakah open all day sampai malam. tapi saya ingat pas tu saya terakhir sampai waktu magrib ada di sana

      Hapus